Kalau saja mulut ini tak dibisukan,aku akan barbagi cerita pada burung camar yang tak bardosa , pada daun-daun yang berguguran, pada derai ombak di pantai luas. Tapi apa daya aku hanya manusia biasa. Siapa yang mau mendengarkan aku? tak ada satupun. Bahkan sedikitpun tak ada. Beribu-ribu pertanyaan kutanyakan tapi tak satupun ada jawaban. Sejuta pengorbanan kujalani untuk mencari sesuatu apa yang harus aku cari. Hanya renungan yang menemani. Tiap langkah kuberjalan hanya fatamorgana , gersang segersang padang di padang mahsyar , kering tak ada air. Tak ada jalan pintas kecuali jambatan kayu yang rapuh dan hampir saja roboh. Kuteriakkan semua kesendirian dan kesepianku sampai malam menutup mataku.
Sama, tak ada yang berubah saat terbangun dari tidur. Aku terus berdoa tapi tak pernah didengar, aku terus meminta pertolongan tapi tak ada yang peduli. Bagai ilalang yang tergoyah kesana kemari tertiup angin. Tak ada tempat untuk berlindung kecuali daun pisang yang sudah kering. Tak ada alas untuk bersandir hanya tanah dan rumput-rumput kecil.
Ragaku bagai sampah tak berguna. Apa yang aku milliki ! bahkan jari-jari ini tak mempu menggapai sesuatu yang indah dan bahagia. kakiku terasa berat untuk melangkah ke depan. Pandanganku gelap dan hitam melebihi dibutakan. Jika ini yang terbaik apa aku harus berbahagia? Dengan cara apa aku harus mensyukuri?
No comments:
Post a Comment